Transformasi Wanita dan Budaya di Indonesia

wanita dan budaya di Indonesia

“Wanita harus pandai menjaga rumah” mungkin adalah frasa yang sering kita dengar. Walaupun berada di abad ke-21 persepsi akan wanita dan budaya di Indonesia yang berada di rumah tetap mencolok di masyarakat. Hal ini pun ditandai dengan kesenjangan antar kedua gender yang masih terlihat.

Mulai dari pekerjaan hingga kekerasan yang terjadi terhadap wanita. Dari situlah transformasi wanita mulai diperlihatkan dan diterapkan di Indonesia. Namun, kasus ini di Indonesia sendiri dapat dikatakan sebagai sesuatu yang unik.

Mengapa begitu? Ini karena Indonesia memiliki banyak budaya yang berbeda-beda. Budaya yang bervariasi ini juga membuat perilaku budaya yang berbeda. Mulai dari Aceh yang menerapkan Syariah hingga bagian timur yang dominan akan KeKristenan.

Perbedaan ini membuat perbedaan gaya hidup dan situasi yang dihadapi setiap wanita di Indonesia. Namun, satu yang pasti wanita di Indonesia semuanya merasakan tekanan dan diskriminasi yang masih ada. Ini bisa ditelusuri di survei oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) pada tahun 2017.

Ditemukan bahwa 1 diantara 2 wanita pernah merasakan kekerasan seksual. Statistik ini mirip dengan rata-rata di seluruh dunia yang ditinjau United Nations Population Fund. Kalau begitu, mengapa hal ini masih saja terjadi? Ini mungkin karena kurangnya pemberitaan akurat akan isu ini.

Adapun pemberitaan yang ada akan memberikan stigma buruk pada wanita yang menuturkan pengalamannya.

Kebanyakan dari mereka dikucilkan dan dipandang sebelah mata. Situasi ini membuat para korban tidak nyaman dan masyarakat pun sama. Isu ini mendorong wanita dan budaya di Indonesia menjadi taboo. Transformasi wanita pun diberlakukan untuk mengubah pola pikir masyarakat.

Perjuangan Wanita Indonesia di dalam Sejarah

Walaupun banyak wanita yang masih saja terpojok pada saat ini, ternyata banyak perubahan yang sudah terjadi di masyarakat sekarang. Sejak masa penjajahan, terdapat beberapa wanita yang menjadi ikon perjuangan.

Salah satunya adalah Cut Nyak Dien.

Nama ini pasti tidak asing ditelinga kita semua. Cut Nyak Dien adalah salah satu pejuang wanita yang terkenal dari Aceh. Ia diketahui menjadi salah satu pejuang yang memiliki bala pejuang sendiri. Ia pun terus-menerus memperjuangkan kemerdekaan melawan Belanda. Dan inilah, yang menjadikannya sebuah inspirasi, antara wanita dan budaya di negri kita.

Tokoh yang juga dari masa perjuangan yang menjadi ikon wanita adalah R.A. Kartini. Perempuan yang ulang tahunnya menjadi hari nasional ini sangatlah memukau. Ia adalah pejuang pendidikan bagi seluruh wanita dan budaya Indonesia yang pada saat itu dikucilkan. Ia mengajar mereka agar tidak dibodoh-bodohi dan dapat memperjuangkan kehidupan yang layak bagi diri mereka sendiri.

Selain itu ada juga Marsinah yang memperjuangkan hak buruh. Ia pun dibunuh karena hal itu ketika mempeloporkan gerakan tersebut pada tahun 1994.

Di jaman sekarang pun terdapat juga beberapa tokoh yang menginspirasi Contohnya, Megawati Sukarnoputri mantan presiden kita yang adalah presiden wanita pertama di Indonesia. Megawati memecahkan stigma bahwa hanya lelaki yang bisa memimpin negara ini.

Ia pun sampai sekarang masi tampak aktif berkiprah di dunia politik. Ini ditandai dengan jabatannya sebagai ketua umum partai PDIP. Megawati menunjukkan kepada Indonesia bahwa seorang wanita bisa memiliki power serta tanggung jawab yang besar.

Kemudian ada Menteri Keuangan kita yang amat terkenal, Sri Mulyani Indrawati. Seperti yang banyak orang ketahui ia wanita yang berpengaruh di Indonesia. Ia adalah mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia sebelum menjadi Menteri Keuangan Indonesia. Dan sebelum itu juga ia menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas pada Kabinet Indonesia Bersatu.

Tak hanya di Indonesia, ia juga terkenal di luar negeri. Beberapa penghargaannya adalah Menteri Keuangan Terbaik di Asia tahun 2006 menurut Emerging Markets, wanita paling berpengaruh di dunia ke-23 oleh Forbes 2008, wanita paling berpengaruh di Indonesia ke-2 menurut Globe Asia 2007 dan Best Minister in the World pada 2018.

Selain Sri Mulyani, menteri wanita lain yang tak kalah menggemparkan adalah Susi Pudjiastuti. Ia adalah Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan. Siapa yang tidak kenal dengan semboyannya “tenggelamkan”? Hal ini pun menunjukkan kebijakan Susi terhadap penangkapan ikan ilegal. Ia dikenal tegas dan tak main-main dalam memberikan hukuman. Namun dalam kebijakannya yang amat tegas inipun membuahkan hasil dalam sektor perikanan Indonesia.

Baca juga: Cara Menarik Simpati Orang Lain

Perkembangan Wanita dan Budaya di Indonesia

Seperti dilihat dari para tokoh-tokoh wanita yang telah dipaparkan, dapat kita lihat bahwa seiring berjalannya waktu, wanita semakin mencoba keluar dari stigma budaya yang telah dirancang masyarakat. Hal ini terlihat sejak kemerdekaan, dimana kesenjangan antar gender semakin membesar pada jaman Suharto. Dimana pada saat itu, perempuan ditekan dan terdapat gerakan represif. Namun, pada saat itu pun perempuan mulai melawan.

Perlawanan ini juga semakin condong setelah masa itu. Hal ini didukung juga dengan keadaan Indonesia yang semakin demokratis. Pemimpinan otoriter yang pada saat itu diruntuhkan membuat kekuasaan terbagi dalam sistem desentralisasi.

Ini membantu wanita untuk mendapat lebih banyak suara dalam politik. Yang terjadi selanjutnya juga sangat mendukung dimana 30 persen dari partai politik harus terdiri dari wanita dan mengubah budaya tradisional.

Namun hal ini juga tidak sepenuhnya memastikan akan kesetaraan yang didambakan. Pada saat ini masih banyak wanita dan budaya di Indonesia yang tertekan dalam situasi yang membuat mereka tidak memiliki suara ataupun kekuatan.

Ini juga efek dari pemikiran kuno yang masih saja luas terjadi di Indonesia. Adapun wanita masih banyak yang tidak mendapat kehidupan dan pendidikan yang layak, yang membuat mereka terjebak dalam stigma yang ada.

Sebagian dari hal ini juga tidak dibantu dengan adanya pemerintah yang juga mengikut akan stigma ini. Namun, hal ini perlahan dilihat berubah pada saat Presiden Joko Widodo dilantik. Dimana ia tidak hanya meletakkan wanita dan budaya pada posisi-posisi kekuatan, namun juga memilih wanita yang sangat menginspirasi.

Ia juga menjadikan kesetaraan gender dan perjuangan #HeforShe menjadi salah satu agendanya. Dimana fokus dari agenda tersebut adalah hukum akan KDRT, pelecehan seksual serta hak bagi pribumi. Hal ini penting dilakukan karena dari tahun ke tahun terdapat cela dalam peraturan tersebut.

Jika semua berjalan baik, maka hal ini dapat mengusahakan hak bagi wanita. Namun dalam hal ini pun terhadap oposisi dari beberapa kaum konservatif yang ada yang membuat hal ini susah terwujud.

Walau begitu, tampaknya budaya dan pemikiran Indonesia yang mulai berubah menanggapi hal ini. Bisa jadi karena pengaruh dunia luar yang sangat kuat menentang akan hal ini.

Diperlukan perubahan yang lebih dahsyat untuk menangani hal ini, seperti gerakan yang dominan di seluruh Indonesia. Dibutuhkan kepemimpinan yang tegas akan hal ini, sampai kesadaran publik.

Hingga saat itu terjadi, pemikiran dan budaya yang ada, akan tetap tidak memihak pada wanita, dan wanita pun harus terus-menerus berjuang akan haknya yang seharusnya sudah dijamin sejak dahulu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

nineteen − 10 =

Scroll to Top