Tari Piring, Budaya Luhur Suku Minangkabau yang Mendunia

Tari piring

Menari dengan membawa piring di kedua tangan, itulah ciri khas Tari Piring. Melakukan Gerakan tari sambil membawa piring di kedua tangan, tentu tidak mudah dilakukan. Bukan semata agar terlihat unik dan berbeda, melainkan melambangkan makna filosofi budaya penting yang terkandung di dalamnya.

Tari satu ini merupakan ikon budaya dari suku Minangkabau. Tepatnya dari daerah Solok, Sumatera Barat. Kekhasan gerakan tari, properti, musik, serta makna yang dikandungnya, membuat tari ini dikenal hingga mancanegara. Untuk mengenal lebih jauh tarian budaya yang mendunia ini, simak ulasan berikut:

Tari Piring, Budaya Luhur Suku Minangkabau

Untuk mengenal lebih jauh tarian budaya yang mendunia ini, simak ulasan berikut:

1. Sejarah Tari Piring

Awalnya Tari ini merupakan tarian yang dilakukan orang Minang sebagai bentuk ucapan syukur yang ditujukan pada dewa dewi, atas pemberian panen melimpah. Di dalam piring diletakkan sesajen dalam bentuk makanan. Ritual dilakukan dengan menghantarkan sajian dalam piring tersebut dengan gerakan tari dan langkah yang dinamis.

Seiring perkembangannya, tarian ini tidak lagi ditujukan kepada dewa dewi sebagai persembahan. Lebih banyak digunakan sebagai hiburan, atau sebagai tarian penyambutan tamu. Walaupun begitu tidak mengurangi nilai estetis dan kebudayaan luhur yang terkandung di dalamnya yang tetap terpelihara.

Menurut beberapa sumber, Tari khas Minangkabau ini mulai tersebar ke berbagai wilayah pada tahun 1600-an. Ketika itu kerajaan Majapahit berhasil mengalahkan kerajaan Sriwijaya. Dampak dari penyebaran tersebut, penduduk kerajaan Sriwijaya banyak yang melarikan diri ke daerah Melayu lainnya. Kemudian menyebarkan budaya yang dibawanya, termasuk Tari ini.

2. Ciri khusus

Tari ini memiliki ciri khusus yang membuat tarian ini berbeda dengan tarian tradisional lainnya. Baik dengan tarian tradisional dari wilayah Indonesia, Melayu, atau dari Sumbar sendiri. Keunikan tersebut terutama terlihat dari properti piring yang dibawa, gerakan tari yang unik, serta musik yang mengiringinya.

Ciri khas pertama adalah piring, yang dahulu piring dibawa berisi sesajen untuk dewa dewi. Kedua tangan penari mengayun-ayunkan piring-piring tersebut dengan gerakan yang cepat, dinamis, dan berirama. Tanpa pernah terlepas atau jatuh dari tangan. Tentu diperlukan latihan khusus untuk dapat melakukan gerakan tari yang unik ini.

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian merupakan alat musik tradisional. Bukan hanya satu, tapi paduan dari beberapa alat musik. Diantaranya alat musik Talempong, Gendang, dan Saluang atau Pupuik batang padi. Penari juga menciptakan musik dengan memadukan cincin dan piring yang dibawanya.

3. Gerakan

Secara umum gerakan tari ini yang terlihat adalah piring yang diayunkan kedua belah tangan penari. Selain mengayunkan piring dengan gerakan cepat dan dinamis, penari juga memadukannya dengan cincin atau piring lainnya. Perpaduan ini menghasilkan dentingan bunyi yang berirama dengan musik pengiring tarian.

Diakhir gerakan Tari Piring, biasanya penari akan melempar piring-piring yang dibawanya ke lantai. Selanjutnya, penari akan menari diatas pecahan piring sebagai penutup tarian. Jumlah penari dalam Tari ini sifatnya ganjil, dari tiga hingga tujuh orang penari.

Gerakan Tari ini berasal dari berbagai sumber, misalnya pencak silat, alang babega, bongo kambang, tupai bagaluik dan lain sebagainya. Tiap gerakan tari yang dilakukan penari memiliki nama masing-masing. Misalnya gerak pasambahan, gerak mencangkul, menyiang, menyemai, bertanam, mengambil padi, menumbuk, gotong royong, dan sebagainya.

4. Pola lantai pada Tari Piring

Pola lantai merupakan pola yang dilakukan penari ketika berpindah, bergeser, atau bergerak dalam usaha menguasai panggung. Terdapat beberapa jenis pola lantai yang digunakan dalam tari ini. Yaitu pola spiral, lingkaran besar dan kecil, berbaris, vertikal, dan horizontal.

Gerakan dalam pola horizontal misalnya, tampak ketika penari melakukan gerakan maju mundur. Pola vertikal, tampak ketika penari melakukan gerakan kiri kanan. Penari juga melakukan gerakan melingkar dengan bentuk lingkaran kecil dan besar.  

5. Musik yang Mengiringi

Tari Piring dimainkan dengan dua iringan lagu tradisional Sumatera Barat. Pertama iringan lagu Takhian Sai Tiusung yang dihasilkan dari paduan alat musik tradisional Minangkabau. Lagu lain yang juga dimainkan untuk mengiringi tarian ini adalah Takhian Pingping Khua Belas.

Instrumen musik tradisional utama yang digunakan dalam tarian satu ini adalah Talempong Pacik. Adapun Talempong Pacik adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bahan campuran kuningan dan tembaga. Alat musik ini dibunyikan dengan memukulnya menggunakan sepasang kayu.

Terdapat tiga jenis Talempok Pacik yang bisa digunakan, yaitu Talempong Jantan, Talempong Betina, dan Talempong Pengawin. Susunan nada Talempong dimulai dari Do dan berakhir dengan Si.

Selain Talempong, alat musik tradisional lain yang biasa digunakan dalam tarian ini adalah Pupuik Batang Padi, Gendang, Saluang, Rebana, serta Gong. Pupuik Batang Padi merupakan instrumen yang terbuat dari batang padi. Nada yang dikeluarkannya merupakan nada tunggal, mirip terompet.

Baca Juga 10 Tari Daerah Terpopuler Di Indonesia

6. Properti yang Digunakan

Ketika melakukan tarian khas Minangkabau ini, terdapat beberapa properti khas yang digunakan penari. Properti tersebut antara lain:

  • Piring: terbuat dari bahan porselen atau keramik. Tiap penari membawa dua buah piring, masing-masing satu piring pada satu tangan.
  • Busana: pakaian tradisional Sumatera Barat. Untuk pria berupa Pakaian Rang Mudo, untuk wanita berupa Baju Kurung.
  • Aksesoris tambahan untuk menambah kecantikan. Misalnya kalung gadang, cincin, tengkuluk tanduk, subang, deta, kalung rumbai, serta sesamping.
  • Balapak: selendang yang melingkar dari bahu hingga ke pinggang kiri bawah.
  • Sasampiang: semacam ikat pinggang berupa kain panjang dan lebar yang menutupi pinggang hingga lutut penari.

Selain beberapa properti yang disebutkan diatas, masih ada beberapa properti khas lain yang digunakan dalam tarian ini. Misalnya Saran Galembong, Destas, Cawek Pinggang, Kaos Kaki, dan lain sebagainya.

7. Busana yang Digunakan

Penari-penari pria dan wanita dalam tari ini menggunakan kostum yang berbeda. Untuk pria, menggunakan Pakaian Rang Mudo. Berupa baju lengan panjang yang dihiasi dengan renda emas. Baju ini dilengkapi dengan Missia. Untuk bawahan, berupa celana panjang dengan bagian tengah yang besar bergelombang.

Busana penari Wanita dalam tari ini adalah Baju Kurung. Pakaian ini terbuat dari bahan satin atau beludru, dengan motif bunga berwarna kuning emas di bagian luar. Ditambah dengan kain konde. Penari menggunakan penutup kepala Bernama Deta, yang terbuat dari kain songket yang dilipat membentuk segitiga dengan bagian runcing berada ditengah.

8. Fungsi dan Makna yang Terdapat di Dalamnya

Semua tarian diciptakan dengan tujuan dan makna tertentu, berkaitan dengan fakta dibalik penciptaan tari tersebut. Termasuk tarian adat dari Sumatera Barat ini, yang pada awalnya diciptakan sebagai ritual adat sebagai ucapan syukur atas panen melimpah yang ditujukan kepada dewa- dewi. Di dalam tarian ini terkandung makna rasa syukur, serta harapan hidup yang lebih baik.

Seiring pengaruh perkembangan zaman, Tari piring tidak lagi berfungsi sebagai ritual adat. Fungsi  tarian ini di masa kini adalah sebagai bentuk apresiasi kekayaan budaya. Tarian khas Minangkabau ini telah menjadi ikon budaya khas Minangkabau yang dibawakan di berbagai panggung pertunjukan seluruh dunia.

Fungsi lain tari ini adalah sebagai media hiburan. Umumnya tari ini adalah untuk dipertunjukkan dalam berbagai acara seperti pentas seni, pernikahan, upacara adat, atau perayaan budaya. Tari Piring juga umum digunakan sebagai tarian penyambutan tamu. Biasanya dilakukan untuk menyambut tokoh yang dianggap penting.

Indonesia memiliki banyak ragam kekayaan budaya yang unik dan perlu dilestarikan. Salah satunya Tari Piring ini, yang bukan hanya unik tapi juga sarat akan makna nilai luhur budaya bangsa. Sehingga harus tetap dilestarikan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top