8 Kue Hantaran Lamaran Adat Jawa Beserta Filosofi di Dalamnya

Kue Hantaran Lamaran Adat Jawa

Terlahir dan dibesarkan dalam suatu daerah tentu tak bisa lepas dari adat dan tradisi di dalamnya. Seperti di Jawa, misalnya. Ada banyak tradisi yang masih lekat dengan masyarakatnya, mulai dari bayi baru lahir hingga pernikahan. Pada tradisi pernikahan, ada beberapa jenis kue hantaran lamaran adat Jawa yang hampir selalu ada, meski zaman sudah kian modern. 

Masing-masing jajanan yang dibawa di acara seserahan ini umumnya makanan basah. Rata-rata dibuat dari tepung ketan atau beras, beserta gula merah. Setiap jenis penganan berikut sarat akan makna dan pesan kehidupan bagi kedua orang yang akan menjadi pengantin.

Berikut kedelapan jenis kue untuk hantaran pernikahan dan makna yang terkandung, diantaranya:

Berikut Kue Hantaran Lamaran Adat Jawa

Kue Hantaran Lamaran Adat Jawa
source: www.plaminan.com

1. Jadah

Masyarakat Jawa dengan tradisi yang masih kental menyuguhkan penganan bernama Jadah dalam segala kesempatan. Kue dari beras ketan dan santan serta berasa gurih ini kerap menemani “jagongan” atau malam sebelum pesta.

Baik pesta pernikahan, khitanan, maupun syukuran lainnya. Sebagai kue hantaran lamaran adat Jawa yang selalu ada, kue ini dicetak dalam bentuk yang variatif. Terkadang berhiaskan daun pandan. Sebelumnya, Jadah ditempatkan di nampan beralas daun pisang yang hijau segar.

Hasilnya, warna kontras putih dan hijau dari hantaran ini akan nampak cantik. Jajanan yang bertekstur lengket namun gurih dan enak ini bermakna doa supaya suami istri akan tetap lengket dan langgeng sepanjang usia.

2. Jenang

Pada beberapa daerah di Jawa, jenang dikenal sebagai jajanan dari tepung beras dan berwarna gelap. Bentuknya bisa bermacam-macam, terkadang bertaburkan biji wijen putih. Namun seiring dengan semakin modernnya masyarakat Jawa, jenang dibuat dalam berbagai bentuk dan warna, namun terasa manis dan legit.

Hantaran menuju pernikahan dalam tradisi orang Jawa biasanya tetap mempertahankan bentuk tradisionalnya. Jenang asli umumnya berwarna coklat cenderung gelap karena kandungan gula merah di  dalamnya.

Membuatnya cukup mudah, namun butuh waktu lama untuk terus mengaduk adonan beras dan ketan di atas wajan. Makanan ini kerap ada di daftar hantaran pernikahan karena melambangkan kebersamaan dalam mengarungi rumah tangga, bagi calon suami istri.

3. Wajik

Hampir sama seperti dua jenis kue lainnya di atas, kue ini berasal dari bahan yang relatif sederhana. Ketan awalnya dikukus, kemudian direbus bersama santan, gula merah, gula pasir, dan air.

Meski bahan-bahannya tidak banyak, namun hal ini memakan waktu beberapa jam dalam proses pembuatannya. Tidak boleh sembarangan, pembuat kue wajik haruslah orang yang berpengalaman, memiliki tenaga yang cukup besar dan sabar. Sebab, rebusan ini harus terus diaduk selama beberapa jam hingga santan menyusut dan adonan mengental.

Jika tidak diaduk sebentar saja, maka aroma terbakar akan keluar dari rebusan sehingga merusak keseluruhan kue. Ini sebabnya wajik merupakan kue hantaran lamaran adat Jawa yang harus ada. Filosofi yang terkandung di dalamnya adalah kesabaran dan konsistensi dalam membina biduk pernikahan.

Baca juga: Seserahan Adat Jawa

4. Lemper

Jajanan ini cukup populer untuk dijumpai di pasar lokal hingga supermarket. Rasa lemper relatif gurih, enak, dan dijual dengan harga yang terjangkau. Masaknya dari beras ketan layaknya nasi, kue ini berisi cincangan ayam yang ditumis dengan bumbu gurih.

Ketan masak ini kemudian diambil seukuran centong nasi dan diisi dengan isian ayam. Adonan lalu dibalut dengan daun pisang. Bentuknya tidak boleh terlalu besar, hanya sekepalan tangan, supaya bisa habis dalam beberapa gigit.

Lemper kemudian dimasak dengan cara dikukus. Mirip dengan beberapa jajanan di atas, lemper bermakna mengikat calon suami dan istri supaya terus lengket dan langgeng hingga kakek-nenek.

5. Kue Lapis

Kudapan ini dibuat dalam beberapa lapis. Kadang hanya dengan dua variasi warna, namun bisa juga banyak. Lapis yang dibuat dengan beberapa warna akan mirip seperti pelangi yang cantik. Tak hanya memanjakan mata, penganan ini juga memiliki rasa yang sedap. Jajanan ini manis, legit, serta sedikit lengket karena terbuat dari tepung beras dan santan.

Kue lapis sarat akan filosofi, misalnya rasa manis menandakan suasana ceria, sedangkan tekstur empuk nan lengket bermakna hubungan yang akrab. Sedangkan banyaknya lapisan di dalamnya memiliki makna dan harapan akan dua sejoli yang tidak terpisahkan. Tak heran lapis tak pernah absen dibawa sebagai kue hantaran lamaran adat Jawa, karena filosofinya yang cukup mendalam.

6. Kueku Kacang Hijau

Namanya mungkin terasa kurang familiar. Namun jika melihat warnanya yang merah terang dan bentuknya yang imut layaknya kura-kura, banyak orang akan mudah mengenalinya. Kue ini bertekstur lengket dan sedikit kenyal, namun ketika menggigit bagian tengahnya, akan terasa kejutannya. Bagian dalam kuku kacang hijau terdapat isian lembut yang terbuat dari kacang hijau yang dihaluskan.

Jika dipotong di tengah-tengah, penganan unik ini akan terlihat kontras. Isiannya yang lembut berwarna putih ada di tengah “cangkang” berwarna merah. Ada cetakan khusus untuk membuatnya, dengan bagian lengkungan beralur teratur. Konon, jajanan ini merupakan hasil asimilasi dengan budaya dari Cina, yang melambangkan hidup yang makmur dan langgeng, layaknya kura-kura.

7. Putri Mandi

Jajan basah lain yang kerap dijadikan sebagai kue hantaran lamaran adat Jawa adalah putri mandi. Adonan awal adalah dari campuran berbagai tepung, baik besar maupun ketan. Campuran ini diuleni lalu dibentuk bola-bola kecil, untuk kemudian dimasukkan dalam rebusan air mendidih. 

Mirip seperti memasak bakso. Yang membedakan, kue ini terasa manis, namun tidak terlalu manis. Pembuatan dengan warna-warni yang cantik, nama putri mandi berasal dari kuah santan berwarna putih kental. Santan ini kemudian disiramkan ke dalam wadah daun pisang berisi bola-bola ketan warna-warni yang mandi di kolam putih susu. 

Bentuknya sangat cantik nan menggoda. Jika dicoba, rasanya saling melengkapi antara rasa manis dari bola ketan dan kuah santan yang gurih. Jajan basah dan cantik ini melambangkan kehidupan pasangan yang harmonis dan tak terpisahkan.

8. Madumongso

Namanya memang mengandung madu, namun tidak ada bahan madu dalam membuat madumongso. Pada Filosofi Jawa, nama madu berarti madu, dan mongso dari kata rumongso yang berarti dikira. Bisa jadi orang zaman dahulu menyebut penganan ini madumongso karena manis layaknya madu. 

Kudapan ini jamak dibuat masyarakat Jawa dalam berbagai acara perayaan, mulai dari pernikahan hingga hari raya. Bahan dari ketan hitam yang difermentasikan dan dimasak dengan gula, kue unik ini sayangnya kian langka tergerus zaman. 

Sama seperti cara memasak jenang, ketan hitam yang telah difermentasikan akan direbus bersama gula dan diaduk hingga mengental. Prosesnya cukup lama dan membutuhkan banyak tenaga dan kesabaran. Madumongso biasanya dibungkus dengan kertas minyak berwarna-warni yang dibentuk mirip permen.

Itulah jenis kue hantaran lamaran adat Jawa yang secara tradisi masih terus dilaksanakan hingga sekarang. Sebagian besar dibuat dengan rasa yang legit sebagai penanda penanda hal-hal yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Selain rasa, warna dan tekstur juga bisa mewakili filosofi masyarakat Jawa akan doa dan harapan kepada kedua calon pengantin.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

19 + fifteen =

Scroll to Top