Indonesia merupakan negara yang sangat kaya, terutama soal kekayaan tradisinya. Banyak sekali ragam seni budaya, salah satunya ialah tarian tradisional khas daerah. Setiap daerah memiliki keunikannya tersendiri, seperti Tari Topeng misalnya.
Tarian tradisional ini merupakan tarian khas Cirebon, propinsi Jawa Barat. Seperti namanya, tarian ini dibawakan oleh para penari dengan memakai topeng, dan setiap topeng memiliki karakter unik yang berbeda.
Penari yang membawakan tarian jenis ini, dikenal dengan sebutan Dalang, sebab penari tersebut memerankan karakter seperti topeng yang dipakainya.
Biasanya, ini dibawakan oleh beberapa penari, namun terkadang juga dibawakan oleh seorang penari saja. Ingin tahu lebih jauh tentang tari Topeng? Simak ulasan berikut selengkapnya.
Tujuan Pagelaran Tari Topeng
Dahulu, digelar di tempat terbuka seperti di halaman rumah, blandongan dan juga bale dengan formasi penonton membentuk setengah lingkaran. Namun seiring jaman yang berkembang seperti saat ini, kini pertunjukan tari Topeng banyak digelar di gedung pementasan dengan efek lampu yang memukau. Pertunjukan Tari Topeng memiliki beberapa tujuan, berikut diantaranya.
1. Pertunjukan Komunal
Pagelaran komunal memiliki tujuan diselenggarakan untuk seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali, dan semua masyarakat pun ikut berpartisipasi di dalam gelaran tari ini. Acara tersebut pun digelar dengan cukup spektakuler, termasuk arak-arakan dalang serta atraksi-atraksi menarik yang lain. Umumnya pagelaran tersebut digelar lebih dari satu malam. Sebagai contoh pagelaran komunal ialah hajatan desa, ngarot ksinom, dan juga ziarah kubur atau ngunjung.
2. Pertunjukan Individual
Seperti tujuannya, pagelaran ini umumnya diadakan oleh individu tertentu. Seperti untuk acara khitan, pernikahan, maupun acara haul atau ketika ada yang ingin melaksanakan nazar. Karenanya, pagelaran ini biasanya dipertunjukan di halaman rumah pemilik hajat.
3. Pertunjukan Babarangan
Pertunjukan babarangan ini digelar dengan berkeliling kampung, basanya hal ini merupakan inisiatif dari sang dalang topeng tersebut. Umumnya pagelaran ini dilakukan ketika ada desa yang sudah panen, atau memilih di lokasi yang lebih ramai.
Baca juga konten tradisi budaya lainnya;
- Sejarah Hari Batik Nasional: Budaya yang Diakui oleh UNESCO
- 13+ Alat Musik Tradisional Riau: Warisan Budaya Leluhur
- 10 Tarian Daerah Sulawesi Tengah Lengkap dengan Gambar
- 6 Pakaian Adat Kalimantan Tengah Yang Wajib Dilestarikan
- 26+ Gambar Tarian Daerah (Nama dan Asalnya)
- 8 Pakaian Adat Sulawesi Tengah dari Berbagai Macam Suku
Tari Topeng dan Struktur Pagelarannya
Struktur dalam pagelaran tari Topeng sangat tergantung pada kemampuan rombogan penari, fasilitas pendukung, jenis topeng serta lakon atau cerita yang hendak dibawakan.
Secara umum, pagelarannya memiliki dua struktur yang berbeda, berikut diantaranya.
#Topeng Alit
Tarian ini mempunyai struktur yang cukup minimalis, mulai dari segi sajian, dalang, peralatan pendukungnya. Kru pendukung dalam struktur pagelaran Tari Topeng Alit umumnya berjumlah 5 sampai 7 orang dan semuanya memiliki peran ganda. Artinya tak hanya seorang penari atau dalang Topeng yang membawakan babak topeng, namun para wiyaganya (pengiring yang membawa gamelan) pun juga ikut berperan untuk menambahkan guyonan-guyonan ringan yang membuat pagelaran tari Topeng makin semarak.
#Topeng gede
Berbeda dengan Tari Topeng Alit, dalam Tari Topeng Gede strukturnya lebih besar dan juga baku. Ini karena tarian Topeng Gede menjadi penyempurna dari Topeng Ali.
Dalam struktur Tari Topeng Besar diiringi oleh musik tetaluan yang lengkap sebagai pengiringnya. Memiliki lima babak tari yang semuanya ditarikan secara berurutan mulai dari panji, samba, rumyang, tumenggung hingga klana.
Tarian Topeng Gede juga terdapat lakonan dan jantuk atau nasihat yang biasanya diberikan di akhir pagelaran, berbeda dengan Tari Topeng Alit.
Jenis dan Gaya Tarian
Seni tari ini, memiliki beberapa jenis tarian, salah satunya yang cukup populer ialah tarian dengan lakon Kelana Kencana Wungu.
Kesenian jenis ini merupakan salah satu rangkaian dari Tari Topeng gaya Parahyangan, tariannya sendiri bercerita tentang Prabu Minakjingga yang mengejar-ngejar Ratu Kencana Wungu karena tergila-tergila pada sang ratu.
Pada dasarnya setiap topeng memiliki karakter masing-masing yang mengilustrasikan watak manusia.
Misalnya saja Kencana Wungu yang digambarkan dengan topeng berwarna biru, mengilustrasikan karakter wanita yang lincah namun tetap anggun.
Lalu Minakjingga atau kerap juga disebut kelana, digambarkan dengan topeng yang berwarna merah mengilustrasikan karakter seseorang yang berangasan, temperamen dan kurang sabaran. Ini merupakan hasil karya Nugraha Soeradiredja.
Selain gaya Parahyangan, masih ada beberapa gaya tarian sejenis. Berikut beberapa diantaranya.
Gaya Beber
Tarian ini merupakan salah satu tarian yang lahir dari desa Beber, Ligung, Majalengka – Jawa Barat, dan sudah lama ada bahkan sejak abad 17. Mulanya tari tersebut masuk ke desa Beber karena dibawa oleh seniman yang berasa dari Gegesik, Cirebon.
Tari Topeng gaya Beber ini terbagi menjadi beberapa babak tarian berdasarkan interpretasi mengenai sifat manusia, yaitu.
- Topeng Panji, menggambarkan karakter yang halus nan lembut
- Topeng Samba menggambarkan karakter jiwa yang tengah tumbuh
- Topeng Temenggung, menggambarkan karakter jiwa yang telah dewasa
- Topeng Jinggananom dan Temenggung, menggambarkan pertarungan antara jiwa dengan karakter baik dan jahat.
- Topeng Klana, menggambarkan karakter jiwa yang penuh hawa nafsu serta emosi
- Topeng Rumyang, menggambarkan karakter jiwa telah melepaskan diri dari nafsu duniawi dan berubah menjadi manusia sempurna.
Gaya Brebes
Diceritakan dalam Babad Tanah Losari jika Tari Topeng gaya Brebes ini dikembangkan oleh Pangeran Angkawijaya, seorang pangeran dari Kesultanan Cirebon yang sedang menepi ke wilayah Losari.
Dulunya seni ini dinamakan gaya Losari, namun karena terpengaruh tradisi lokal akhirnya sekarang lebih dikenal dengan Gaya Brebes.
Gaya Celeng
Selanjutnya ada gaya Celeng yang termasuk salah satu gaya tarian dari tari Topeng yang awal penyebarannya berasal dari dusun Celeng, Loh Bener, kabupaten Indramayu- Jawa Barat.
Musik pengiring yang mengiringi pagelaran dengan gaya Celeng ini, ternyata memiliki beberapa kesamaan dengan alunan musik pengiring gaya Slangit dan Gegesik dan Slangit. Namun di beberapa bagian seperti gaya tabuhannya menggunakan Kembang Sungsang yang memiliki kekhasannya sendiri.
Gaya Cipunegara
Gaya Cipunegara, seperti namanya tari topeng dengan gaya ini banyak tersebar di kawasan kecamatan Pegaden sampai ke daerah bantaran sungai Cipunegara yang berbatasan dengan kabupaten Indramayu. Perkembangan tari topeng dengan gaya Cipunegara ini tak lepas dari peran masyarakat.
Seni Tari gaya ini juga dikenal dengan sebutan tari topeng Menor, karena para penarinya memiliki suara dan paras yang cantik.
Selain itu tarian tersebut juga dikenal Tari Topeng Jati, karena pusat perkembangannya berada di desa Jati, Cipunegara, Subang.
Gaya Gegesik
Tarian Gaya Gegesik tersebar di sekitar Gegesik – Cirebon. Keunikan dari tari Topeng gaya Gegesik ini ialah karakteristik raut topengnya. Seperti topeng Panji misalnya, di gaya Gegesik ini topeng tersebut digambarkan dengan wajah putih dengan karakteristik wajah yang tenang, bermata sipit namun memiliki tatapan yang tajam, berhidung mancung dengan senyum simpul.
Namun pada perkembangannya, seni tari gaya Gegesik ini pun turut berubah karena banyaknya pengaruh dari masyarakat dan lingkungan sekitar.
Gaya Losari
Tari Topeng ini tersebar di kawasan kecamatan Losari, Cirebon serta di kecamatan Losari, Brebes.
Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan wilayah Jawa Tengah, membuat gaya Losari dipengaruhi elemen budaya Jawa. Salah satu ciri khasnya, ada pada lantunan musik pengiring, gerakan serta busana penarinya.
Gaya Palimanan
Tarian ini dipopulerkan di wilayah kecamatan Palimanan, Cirebon. Tarian ini diringi dengan iringan tabuhan gamelan atau tetaluan dengan gaya yang khas, seperti Kembang Sungsang, Gaya-gaya, Malang Totog, Bendrong, Gonjing dan Kembang Kipas.
Gaya Pekandangan
Jenis tarian ini mengalami perkembangan yang pesat di desa Pekandangan- kabupaten Indramayu. Gaya Pekandangan ini sendiri merupakan satu dari banyak gaya tari Topeng yang banyak berkembang di Indramayu.
Pembagian babak dalam tarian gaya Pekandangan sendiri merupakan gambaran dari hawa nafsu manusia yakni, Panji, Samba (topeng putih), Samba (topeng merah), Patih dan Klana.
Sesungguhnya masih ada banyak lagi gaya dan jenisnya. Seperti Gaya Tambi Gaya Sinar rancang, Gaya Kreyo, Gaya Slangit, Gaya Rancengan dan banyak lagi.
Semuanya memiliki ciri khasnya masing-masing. Hal ini menjadi salah satu cara melestarikan budaya kesenian daerah yang patut diapresiasi.
Demikian tadi informasi menarik tentang Tari Topeng khas Cirebon yang menjadi salah satu warisan budaya yang wajib dilestarikan dan dipertahankan terutama oleh para generasi milenial saat ini. Semoga bermanfaat.